Studi ‘Who Says What To Whom on Twitter?’ (siapa mengatakan apa kepada siapa di Twitter?) Yahoo Research ini pun menganalisa 260 juta tweet. Tweet yang diteliti adalah yang berisi alamat yang dipendekkan (bit.ly) yang dikirim ke Twitter pada jangka waktu 28 Juli 2009 - 8 Maret 2010.
Hasil penelitian ini: pengguna Twitter bukanlah orang-orang ‘gaul’. Pengguna-pengguna ini cenderung tak mengikuti seseorang yang telah mengikutinya, hanya 22% ‘hubungan’ di Twitter benar-benar dua arah. Selain itu terungkap, banyak orang hanya mengikuti kelompoknya sendiri.
Misalnya, selebriti hanya mau mendengar teman selebritinya, dan blogger hanya mau mendengar teman sesama bloggernya. Studi Yahoo ini juga mengungkap, jejaring sosial memang lebih demokratis dibanding media konvensional. Selain itu, jejaring sosial merupakan refleksi akurat dari minat dan cita rasa pribadi seseorang di dunia nyata.
Semua orang pasti kagum pada upaya Facebook untuk mengumpulkan semua emosi manusia ke dalam ‘Like’. Namun, CEO agen media sosial BrandGlue, Jeff Wildman, menemukan, 88% pengguna yang menekan tombol ‘Like’ selebriti atau suatu perusahaan, pengguna itu tak akan pernah kembali ke halaman itu.
Selain itu, mengikuti akun Twitter selebriti tak
berarti kita benar-benar ‘menyukai’ mereka. Firma riset Twitalyzer
mengungkap kesimpulan mengejutkan, kebanyakan selebriti yang diikuti
penggemarnya bukanlah orang yang dianggap paling berpengaruh.
Nah, apakah kesimpulan riset ini juga berlaku untuk di Indonesia?
sumber
0 komentar:
Posting Komentar